Kisah Cinderella Lebih Nyata Dari Yang Anda Bayangkan

Ella adalah gadis muda yang selalu mendapat perlakuan buruk dari saudara-saudara tirinya. Julukan yang disandangnya pun sama buruknya. Ia disapa Cinder-Ella, alias “Ella si Muka Abu,” (memang ada luka bakar di wajahnya akibat membersihkan perapian). Cinderella menjadi ejekan yang pas untuk luka dan kehinaannya.

Jelang malam nan sepi, di istana sedang menyiapkan pesta mewah. Ella mendapati ia tidak sendiri. Seorang peri dari dunia lain menghadiahkan sesuatu yang tidak ada tara. Ia diubahkan! Bajunya yang kotor diubah menjadi sutra. Sepatu usang menjadi sepatu kaca, berkilauan. Luka bakarnya diubah menjadi kulit beludru. Ia pun diantar ke istana dengan kereta kuda.

Di pesta, sang pangeran memilihnya untuk berdansa. Ella tersanjung, dan berharap malam itu tak akan berakhir. Namun di tengah lamunan, waktu berlalu dengan singkat, sampai tiba tengah malam. Saat itulah ia teringat akan pesan sang peri, untuk segera pulang. Ah… terlambat! Sambil berlari, ia kembali kepada kehidupannya yang lama. Luka dan semua yang lain. Namun sepatu ajaibnya tertinggal di depan istana.

Keesokan hari, berbekal petunjuk sepatu kaca yang tertinggal, sang pangeran mencari ke seantero wilayah kerajaan, sampai akhirnya ia menemukan gadis itu dan membawanya pulang untuk dijadikan isteri. Tibalah saat pernikahan yang megah dan dipenuhi banyak tamu undangan, berlanjut dengan bulan madu yang di dalamnya penuh hari-hari yang indah. Mereka hidup bersama dalam kebahagiaan.

Suatu dongeng yang akrab. Sebagaimana dongeng-dongeng lainnya, kita tidak perlu mempercayai kebenaran kisahnya. Seorang gadis yang terbuang dan sendirian, dalam sekejap hidupnya diubahkan oleh suatu kekuatan ajaib, memunculkan kecantikan sejati. Gadis itu benar-benar berubah! Dan hati sang pangeran pun ditarik kepadanya. Lahirlah cinta, meskipun sempat terpisah sejengkal waktu. Namun sang pangeran mencari sampai akhirnya menemukannya; dan memberinya pakaian baru yang tidak pernah dapat dikenakan oleh orang lain, lalu membawanya pulang untuk hidup bersama.

Mengapa kisah Cinderella tetap bertahan sepanjang masa? Mengapa kita seolah-olah begitu dekat dengan kisah kanak-kanak ini, sementara dongeng-dongeng lainnya banyak kita lupakan? Ya, karena kisah Cinderella lebih dari sekadar dongeng; kisah itu adalah dongengku, yaitu dongeng yang terjalin di dalam DNA kita, dongeng yang juga dibisikkan di sepanjang abad oleh Kitab Suci, yaitu kisah tentang Seorang Pangeran yang mencari mempelai pilihan-Nya. Dan perubahan yang kita alami sebagai mempelai wanita sungguh mengagumkan! Luka-luka kita di masa lalu lenyap; Sang Pangeran tidak menyayangkan diri-Nya sendiri. Akhir dari kisah ini jauh lebih indah dari yang dapat dibayangkan.

Suatu Kisah Penebusan
Cinderella adalah kisah kita: Kisah seorang wanita yang kehilangan kasih sejati dan menanggung sepi, atau kisah seorang pria yang sesudah 25 tahun berbakti, harus kehilangan karirnya dan tertolak, atau kisah seorang gadis yang harus kehilangan mimpi-mimpinya…

Kita tertulis ke dalam alur kisah Cinderella. Itulah sebabnya kisah ini terus diceritakan melalui literatur dan film-film sampai di zaman modern. Namun yang dimaksudkan adalah suatu kisah di dalam Alkitab, kisah yang senafas dengan dongeng Cinderella. Kisah ini adalah kisah nyata, dan jauh lebih tua usianya. Sebagai orang Kristen, kita pasti telah mendengarnya ribuan kali. Ya, kisah itu berjudul: Paskah. Paskah bercerita tentang kemanusiaan yang hancur, memar dan terluka oleh dosa, dan Seorang Pangeran yang sempurna, telah mengangkat semua aib, memberikan harapan ganti dukacita, dan kehidupan ganti kematian. Mengapa kisah luar biasa ini tak lagi menarik hati?

Untuk dapat memahami Paskah, dan masuk ke dalamnya, perlu mengalami kisahnya secara utuh. Kubur kosong tidak ada artinya tanpa salib, dan salib tidak ada artinya tanpa Taman Eden.

Mengapa Jumat Agung Begitu Penting
Inilah yang telah saya pelajari selama bertahun-tahun. Sebelum akhirnya menangkap aroma sejati dari Paskah.

Kita memiliki taman yang rindang di hati dan juga langit yang kelam di jiwa. Baik dan buruk terjalin di dalam diri. Hidup tidak selalu cahaya dan bunga, melainkan juga nyeri dan luka, mimpi buruk… dan kasih yang sempurna dari Allah, yang membawa semua kematian dan kegelapan ke dalam diri-Nya, ketika Dia tergantung di kayu salib.

Musim semi Paskah muncul tepat sesudah musim dingin yang sepi dan menggigit. Sebelum mengalami sukacita sejati, kita perlu berjalan melintasi jalan gelap menuju salib. Kita lebih suka melompati kubangan dukacita untuk langsung masuk kepada bagian sukacita. Dari Jumat Agung langsung kepada Paskah tanpa perlu mendalami dukacita pada Sabtu yang gelap dan tanpa harapan. Namun ketika saya melihat jauh ke dalam hati, merasakan racun yang merasuk dari masa lalu, yaitu dukacita yang disebabkan oleh pilihan-pilihan sendiri, orang-orang yang terluka oleh perkataan. Saya melihat semua itu sebagai alasan mengapa banyak luka di tangan-Nya. Namun Dia tidak berhenti ataupun terhenti. Kubur-Nya kosong, pertanda kasih-Nya telah menang.

Kisah Selanjutnya
“Kamu akan berdukacita,” kata sang pembuat kisah, “namun dukacitamu akan berubah menjadi sukacita”. Kata-kata Yesus ini bukan hanya bagi murid-murid-Nya yang pertama, tetapi juga bagi kita. “Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan,” kata-Nya, “tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Jadi, pesan Paskah adalah tentang sukacita bukan luka sebagai paduan suara terakhir. Refrainnya adalah kehidupan sesudah kematian, bagi semua yang percaya dan meletakkan kehidupan mereka pada keyakinan itu. Sampai sekarang pun, harapan itu nyata, karena memang Paskah itu nyata. Dan karena alasan itulah, kita akan melihat Yesus kembali, menerima suatu sukacita yang tidak dapat diambil oleh apapun atau siapapun. Yesus menawarkan kepada kita sukacita yang terus diperbaharui lewat tangan-Nya yang berlubang paku. Meskipun sukacita itu dapat ternoda di sepanjang perjalanan di dunia yang hancur ini, namun tidak akan pernah hilang. Selamanya. Maut tidak lagi dapat menunjukkan taringnya terhadap orang-orang percaya. Di dalam Kristus yang bangkit, kita menemukan mimpi-mimpi dunia ini terbungkus di dalam kantong kulit yang hangat dan penuh tawa, menawarkan kehidupan baru bagi semua orang yang bersedia untuk mati bagi diri sendiri dan masuk ke dalam kisah-Nya.

Kutuk, kematian, kutuk yang dipatahkan, kehidupan baru. Palungan, salib, kubur kosong. Semuanya itu adalah satu kisah. Hanya ketika pada akhirnya menguraikannya untuk diri Anda sendiri, barulah kita menyadari bahwa kisah itu telah masuk ke dalam diri dan akhirnya menguraikan diri Anda.

– Steven James

Share Button

Leave a Reply