10 ALASAN Percaya Orang Kristen Dapat Kelihatan Seperti Bukan Kristen

Artikel-artikel “10 Alasan untuk Percaya” didedikasikan bukan hanya untuk membantu para orang Kristen mengerti apa tentang yang mereka percaya dan yakini, tetapi juga untuk membantu bagi mereka yang bukan pengikut Kristus untuk mengerti tentang apakah arti dari Kekristenan itu. Kali ini kita berbicara mengenai “10 ALASAN Percaya Orang Kristen Dapat Kelihatan Seperti Bukan Kristen.”
 

   1.    Kekecewaan Terhadap Allah

Banyak orang Kristen mengatakan melalui tindakan mereka apa yang tidak berani diucapkan oleh mulut mereka. Bahkan ekspresi wajah mereka saja sudah menunjukkan kesuraman dan kebosanan. Perilaku demikian membuat orang sulit percaya bahwa iman mereka betul-betul memberi mereka kepuasan. Bagaimana mungkin orang lain diharapkan percaya kepada Allah yang bahkan tidak memenuhi harapan para pengikut-Nya? Alkitab mengatakan ada pengikut-pengikut Kristus yang tidak otentik. Sekilas mereka terlihat sungguh-sungguh, tetapi kenyataannya tidak (Matius 7:21-23; 13:24-30; 1 Yohanes 2:18-19). Namun adanya penyusup-penyusup yang berpura-pura ini bukanlah realitas satu-satunya. Alkitab tidak menyembunyikan kenyataan bahwa orang yang sungguh-sungguh beriman juga pernah kecewa terhadap Allah. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memberikan contoh orang-orang yang putus asa atau bahkan marah kepada Allah karena Dia membiarkan mereka menderita pada saat-saat mereka mengharapkan perlindungan dari Dia (Bilangan 14:1-4; Mazmur 73).

   2.    Kebingungan

Pada saat tertekan, bahkan juga pada waktu makmur, orang Kristen sejati dapat dibingungkan sehingga beralih dari keyakinan bahwa kesejahteraan utama mereka sesungguhnya tidak terletak di tangan orang lain atau keadaan. Karena gangguan dan kebingungan yang terus-menerus muncul, Alkitab menasihati umat Allah untuk senantiasa memperbarui pikiran mereka dengan cara mengingat apa yang telah Allah lakukan untuk mereka (Roma 12:1-2). Kitab Suci mendorong orang-orang percaya untuk memelihara pengharapan dan iman mereka dengan mengasah ingatan mereka tentang apa yang telah mereka ketahui (lihat 2 Petrus 1:1-15). Alasannya jelas. Terkikisnya ingatan seringkali merusak karakter dan perilaku Kristiani (Ulangan 6:10-12).

   3.    Hubungan Yang Berbahaya

Yesus dikenal dari orang-orang yang berkumpul dengan-Nya. Dia makan dan minum dengan orang-orang yang dijauhi oleh para pemimpin agama. Tetapi Yesus makan dan minum dengan orang-orang demikian bukanlah karena Dia tertarik mengikuti cara hidup mereka. Dia melakukan hal itu untuk menjadi teman terbaik yang dapat dimiliki oleh seorang pendosa. Bila dilandasi oleh motivasi yang salah, hubungan seperti yang dilakukan oleh Yesus dapat menjadi sangat berbahaya. Tanpa tujuan-tujuan-Nya yang kuat dan penuh kasih, tuduhan bahwa Dia adalah “sahabat orang berdosa” akan mempunyai efek yang jauh lebih merusak. Rasul-Nya sendiri, yakni Paulus, menulis mengenai hal tersebut: “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi,” (1 Korintus 15:33-34). Bahkan Raja Salomo yang bijaksana membayar mahal untuk hubungan yang terlarang itu (I Raja-raja 11:1-13). Kekalutan yang dia alami membuat dia bertindak seperti seorang yang tidak pernah mengenal Allah (Pengkotbah 1-12).

   4.    Kebiasaan-Kebiasaan Lama Yang Tidak Berubah

Seorang Kristen sejati bisa saja telah mengambil keputusan-keputusan iman yang mengubah cara mereka berpikir tentang Allah dan tentang diri mereka, tetapi mereka belum dapat mengatasi pergumulan dengan egoisme mereka. Secara moral mereka juga tidak lebih baik dari orang non-Kristen. Kecenderungan mereka untuk cinta-diri tak berubah sedikit pun (Roma 7:14-25). Nafsu-nafsu yang menarik mereka kepada perbuatan duniawi hampir sepasti gaya gravitasi. Bila orang Kristen sejati tidak lagi hidup di bawah pimpinan Roh Kudus dan Firman Allah (Galatia 5:16-26), maka segera mereka akan kembali hidup mementingkan diri sendiri, seperti halnya layang-layang yang jatuh ke bumi karena terhentinya tiupan angin.

   5.    Mengandalkan Diri

Allah meminta umat-Nya untuk mempercayai-Nya sesuai dengan cara-cara yang Dia tetapkan, bukan sesuai kemauan mereka. Dia menasihati mereka untuk tidak bergantung pada pengertian mereka sendiri, tetapi menggunakan pertimbangan dan pemikiran terbaik mereka untuk bersandar kepada Dia. Dia mengundang anak-anak-Nya untuk membiarkan Dia hidup di dalam mereka. Mereka yang melupakan prinsip hidup bersandar pada Allah seringkali masih menganggap diri mereka adalah orang Kristen sejati. Bahkan murid-murid Kristus pun belajar dengan cara menyakitkan tentang bahaya bersandar pada diri sendiri. Pada malam ketika Yesus ditangkap, Petrus, seorang murid yang paling dekat dengan-Nya dan seorang nelayan yang paling keras kepala, mengumumkan bahwa dia siap mengikuti Guru-Nya menuju penjara atau pun kematian (Lukas 22:33). Tetapi hanya dalam beberapa jam kemudian dia berkali-kali menyangkal bahwa dia pernah mengenal Yesus orang Galilea itu. Keyakinan dirinya yang keliru itu dicatat sebagai peringatan bagi kita.

   6.    Tidak Berdoa

Orang Kristen yang berpura-pura biasanya terkenal munafik di dalam doa-doa mereka (Matius 6:5-8). Orang Kristen sejati menggunakan doa bukan untuk membuat orang lain terkesan tapi sebagai cara yang tulus untuk berterima kasih, mengakui dosa, dan meminta tuntunan dan pertolongan. Mereka tahu bahwa berdoa adalah syarat mutlak bagi siapa pun yang ingin bertumbuh dalam hubungan pribadi dengan Allah. Bila para pengikut Kristus tidak memperlihatkan ketergantungan di dalam doa, maka mereka akan bertindak persis seperti orang-orang lainnya (Yakobus 4:1-6). Yesus memperingatkan murid-murid-Nya mengenai kemungkinan terjadinya hal ini pada malam ketika Dia ditangkap. Di sela-sela pergumulan doa-Nya, Dia berkata kepada mereka, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah,” (Matius 26:41).

   7.    Kecerobohan

Raja Daud adalah seorang yang mempunyai iman sejati. Karena dia mencintai hukum-hukum Allah, maka dia berketetapan hati untuk menghindari kegagalan moral dan rohani (Mazmur 1; 119:11). Alkitab sendiri mengakui bahwa dia adalah seorang yang berkenan di hati Allah (Kisah Para Rasul 13:22). Tetapi catatan kerohaniannya yang gemilang tersebut tidaklah dapat mencegah Daud menjadi seorang penzinah dan pembunuh. Suatu malam, ketika orang-orang pergi berperang untuknya, dan ketika dia berdiri di atas sotoh rumahnya yang aman, dia menggunakan kekuasaan jabatannya untuk mengambil istri orang lain. Dalam kejatuhan tersebut, Daud belajar makna pernyataan ini: “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh,” (1 Korintus 10:12).

   8.    Hati Yang Tidak Teruji

Sebagai pengajar hati manusia, Yesus mengingatkan kita bahwa motivasi yang tidak diuji dapat menimbulkan aneka bentuk penipuan diri sendiri. Nabi Yeremia juga mengakui bahaya dari “kegelapan batiniah” ketika dia menulis: “Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yeremia 17:9). Psikologi modern memperlihatkan kecenderungan kita untuk menghindari rasa sakit emosional dengan pelbagai cara pengalihan dan penyangkalan. Psikologi juga mencatat kebiasaan-kebiasaan hati kita yang mencoba menumpulkan rasa sakit yang ditimbulkan oleh perasaan bersalah yang nyata maupun yang palsu. Bagaimanapun, ilmu jiwa tidak dapat mengubah hati kita. Kita semua punya alasan untuk bergabung dengan Raja Daud dalam doanya, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal,” (Mazmur 139: 23-24).

   9.    Musuh Yang Tidak Tampak

Murid-murid Kristus mempunyai musuh rohani yang berusaha membingungkan mereka dan mengaburkan pengaruh mereka. Musuh itu sedang berperang untuk melumpuhkan mereka. Banyak orang yang telah menjadi korban. Tak terhitung jumlah orang-orang Kristen sejati yang dibuat tidak efektif oleh musuh tersebut yang jauh lebih halus dan pintar dari yang mereka kira. Memang dia tidak dapat membuat orang-orang Kristen melakukan dosa, tetapi dia dan antek-anteknya terus-menerus mencari kelemahan-kelemahan yang dapat dia jadikan sebagai jalan masuk ke dalam kehidupan orang-orang Kristen sejati (Efesus 4:27; 6:10-20). Seperti binatang pemangsa, dia berkeliling mencari korban-korban yang mudah diserang (1 Petrus 5:8).

  10.   Kurangnya Rasa Tanggung Jawab

Seseorang tidak mungkin bertumbuh menjadi dewasa rohani dengan hanya melakukan apa yang alamiah. Mereka pun tidak akan menjadi semakin serupa dengan Kristus bila mereka dibiarkan berupaya sendiri. Bahkan orang Kristen terkuat sekalipun tidak mungkin dapat menjalankan hidup kekristenannya sendirian. Yesus memberi perintah kepada murid-murid-Nya bukan saja untuk menobatkan orang-orang, tetapi juga untuk mendidik mereka agar hidup sesuai dengan kehendak-Nya (Matius 28:19-20). Rasul Paulus menyamakan para pengikut Kristus dengan tubuh manusia yang anggota-anggotanya saling tergantung satu sama lain (1 Korintus 12). Memang saat ini banyak orang senang mengembangkan semangat kemandirian, tetapi sikap demikian tidaklah mencerminkan maksud Kristus yang sesungguhnya bagi gereja-Nya. Kristus memanggil orang bukan hanya untuk datang kepada-Nya, tetapi juga kepada satu sama lain.

ANDA TIDAK SENDIRIAN jika anda meragukan kemurnian orang-orang gereja yang tidak bertindak seperti pengikut-pengikut Kristus. Namun adalah keliru bila kita menganggap bahwa mereka yang mengaku diri Kristen adalah Kristen palsu hanya karena tingkah-laku mereka saat ini tidak sesuai dengan kepercayaan mereka.
 
Berita baiknya adalah bahwa Allah menyelamatkan manusia berdasarkan kasih karunia (kebaikan yang tidak layak kita terima) melalui kepercayaan kepada Anak-Nya (Efesus 2:8-10). Memang tidak ada alasan apa pun yang dapat membenarkan orang Kristen sejati untuk hidup di dalam dosa, tetapi fakta bahwa Allah menyelamatkan manusia yang berdosa melawan Dia, sebelum dan sesudah mereka percaya kepada Anak-Nya, adalah suatu kabar baik bagi kita semua. Jika Allah dapat menyelamatkan orang-orang demikian, Dia dapat menyelamatkan kita pula. Dia menawarkan pengampunan dosa dan kehidupan kekal kepada semua orang yang mau mengakui betapa salahnya mereka telah hidup terpisah dari Dia. Dia menawarkan surga bagi semua orang yang mau percaya bahwa Kristus telah mati bagi dosa-dosa mereka, dan bahwa Dia telah bangkit dari kematian untuk hidup di dalam siapa pun yang percaya kepadaNya (Roma 4:5).
 
Share Button

Leave a Reply